Laman

Jumat, 07 Oktober 2016

Cerita Dewasa Tersedak Tertelan

seorang wiraswasta. Kami tinggal di Denpasar, Bali. Cerita ini bermula satu setengah tahun lalu, ketika teman kuliah suamiku datang dari Jakarta bersama suaminya. Sebut saja namanya Selvi, sedangkan suaminya bernama Anton.


Usia mereka tak jauh berbeda dengan kami. Hari pertama tak ada yang terjadi alias biasa-biasa saja, namun masuk hari kedua, saya mulai mencium ada yang tak beres antara suamiku dengan mbak Selvi. Dari tatapan mereka tampaknya ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Tapi saya gak tahu. Sementara mas Anton kelihatannya cuek aja.
Malam ketiga, setelah kami pulang dari santap malam di seputaran Denpasar, saya langsung saja mohon pamit untuk segera beristirahat. Suamiku dan kedua tamu kami masih terus ngobrol. Tengah malam, saya gak tahu jam berapa, saya merasa haus sehingga bangun.

Suamiku belum ada di sampingku. Perlahan aku menuju dapur, namun begitu akan memasuki ruang tengah, ada suara-suara yang tak asing lagi di telingaku dari ruang keluarga. Saya pikir gila juga mas Edy, masa selagi ada tamu ia nonton BF dengan volume yang cukup keras.

Dengan sedikit kesal saya berniat untuk menegurnya, namun ketika tanganku baru membuka tirai pintu ruang keluarga, jantungku berdetak kaget. Suamiku memang lagi nonton BF, tapi ia tidak sendirian. Ia nonton bersama kedua tamu kami.

Dan yang membuatku kaget adalah mereka sebenarnya tidak peduli dengan film yang ada di layar TV, namun ketiganya lagi asik bercinta bareng! Mbak Selvi lagi dikeroyoki oleh suamiku dan suaminya. Kulihat suaminya dari bawah, sementara suamiku “mengerjai” mbak Selvi dari atas, maksud saya dari anus mbak Selvi.

Artinya mbak Selvi sedang di”double” penetrate oleh kedua lelaki tersebut. Napasku kian memburu, antara cemburu dan nafsu, tapi aku berusaha kendalikan diri. Suara mbak Selvi seakan mengalahkan volume TV, Ouhhhss, ***** my Ass hole!! Yeah, Edy, dig it deeper… ouhhh… harder….!!! Untuk sesaat aku gak tahu harus berbuat apa sehingga hanya terbengong aja melihat aksi mereka bertiga hingga teriakan histeris mbak Selvi yang orgamse membuyarkan lamunanku.

Bersamaan dengan itu mas Edy dan mas Anton mengakhiri pendakian mereka dengan menyemburkan mani mereka ke mulut dan tubuh mbak Selvi. Lenguhan kedua lelaki membuat saya segera berjinjit dan segera masuk kembali ke kamar tidur.

Rasa hausku hilang, namun ada semacam perasaan aneh yang tak bisa kulukiskan. Saya cemburu suamiku bercinta dengan wanita lain di depan mataku, tapi yang membuat saya bingung suami dari wanita itu juga terlibat dalam aksi seks itu, dan nampaknya mereka sangat menikmati permainan itu.

Kutunggu mungkin hampir satu jam ketika suamiku muncul di kamar kami. Saya sengaja tertidur pulas, agar mas Edy tidak mengetahui bahwa saya sebenarnya mengetahui yang baru saja mereka lakukan. Aroma parfum sabun teraa sangat segar, bertanda ia sudah membersihkan diri.

Saya sengaja membalikkan badan dan memeluknya, namun dengan perasaan yang tak bisa dilukiskan. Ingin sekali saya bertanya, namun kata-kata sepertinya terpaku dalam mulutku. Suamiku balas memelukku, mencium keningku kemudian langsung tertidur.

Ia tentu saja sangat kecapaian. Saya tidak tahu berapa jam mereka bertiga bergelut tadi. Ada perasaan jijik berada dalam pelukannya, namun aku sangat mencintainya. Kehidupan seks kami sangat baik, kami sangat terbuka untuk berdiskusi tentang apa saja mengenai hal ini, bahkan pernah sekali dua kali kami menyinggung tentang tukar pasangan, namun aku tak menanggapinya dengan serius.

Aku seorang wanita yang berhasrat seks sangat tinggi, bahkan fantasiku kadang-kadang sangat liar sehingga aku malu untuk mengatakannya pada suamiku sendiri. Namun, malam ini, di depanku sendiri, suamiku memenuhi salah satu fantasinya untuk “mengeroyok” satu wanita bersama laki-laki lain.

Dan, impian tergilanya yang hingga kini belum juga saya penuhi, yakni anal seks, terwujudkan bersama mbak Selvi. Aku bingung, apakah mbak Selvi teriak kenikmatan karena kemaluan suaminya yang bersarang di vaginanya, atau penis suamiku yang mengerjai duburnya?

Atau karena dua sensasi yang berbeda itu? Aku semakin penasaran, namun sejujurnya masih ada perasaan aneh yang tak bisa kuungkapkan. Dalam kebingunganku, aku tertidur dalam pelukan suamiku. Jam enam pagi aku bangun.

Suamiku masih terlelap. Demikian juga kedua tamu kami. Segera aku membereskan rumah, dan yang jadi prioritasku adalah ruang keluarga. Namun aku tidak menemukan suatu keganjilan apapun. Semuanya nampak seperti biasanya.

Hanya saja sebuah kepingan VCD yang berjudul “Orgy in Paradise” kutemukan di kaki buffet. Kuambil dan mencari boxnya tapi gak kutemukan. Sehingga aku taruh aja di atas player VCD dalam buffet kami. Selesai bersihkan rumah, aku segera menyiapkan sarapan pagi. Jam sudah menunjukkan pikul 07.00 tapi mereka bertiga belum juga bangun.

Aku langsung saja mandi, kemudian membangunkan suamiku. “Mas, ayo dong bangun, udah siang nih”! Dengan agak malas suamiku berusaha membuka matanya. “Udah jam berapa nih say?” Ia menanyakannya dengan senyum.

“Jam tujuh lewat” kataku langsung memberikannya handuk. “Ayo dong mandi. Ntar gak enak sama mbak Selvi dan suaminya loh” Aku berusaha berbicara dengan nada yang wajar. Mas Edy dengan berat hati melangkah menuju kamar mandi.

Jam 07.45 kami semua sudah berada di meja makan. Aku sekali lagi berusaha untuk tampil biasa-biasa saja. “Wah, sepertinya sarapan pagi ini enak sekali. Ada susu, ada telur dan orange juice! Benar-benar favorit kami di Jakarta” mbak Selvi membuka pembicaraan.

“Ah, biasa aja mbak. Maaf loh, hanya ini yang bisa kusiapkan. Maklum soalnya pagi tadi gak sempat ke pasar. Habis mana mas Edy bangun kesiangan, lagian pembantunya lagi cuti. Praktis hanya kami berdua aja”.

“Sorry sayang, aku memang bangun terlambat. Soalnya semalam kami ngobrol sampai larut malam”! mas Edy menimpali sambil tersenyum. Mbak Selvi dan suaminya juga demikian. Ada semacam rasa benci dalam hati, namun aku berusaha untuk mengendalikannya. “Mari mbak, mas, silahkan dimakan rotinya, ntar keburu dingin loh” aku mempersilahkan tamuku untuk mulai sarapan. Aku memberikan roti yang telah berisi selai kepada suamiku.

“Thanks sayang”. “Wah, beruntung Edy memiliki istri seperti Ana. Cantik dan penuh perhatian lagi!” mas Anton berujar sambil tersenyum. Aku gak tahu apa arti senyumnya, namun perasaanku mengatakan ada sesuatu yang sebenarnya ingin ia katakan.

“O ya mas, rencananya hari ini mau kemana?” tanyaku sambil menatap suamiku. “Belum tahu tuh, mungkin setelah sarapan kita diskusikan lagi. Begitu kan Anton?” mas Edy menimpali. “Kalau begitu aku mohon maaf, karena aku harus ke salon hari ini.

Jika mas mau antar mbak Selvi dan mas Anton tolong diatur agar mereka tidak kecewa. Sayang sekali karena saya gak bisa ikut dengan kalian. Soalnya sudah terlanjur janjian untuk creambath dengan salon langganan kami”. Sesaat mereka terdiam, tiba-tiba mbak Selvi menimpali “mungkin sebaiknya kita istirahat aja di rumah.

Gimana menurutmu mas? kasihan mas Edy masih capek!” kata mbak Selvi sambil melihat suaminya. “Ide yang baik. Lagian kita tidur kemalaman sih. Ntar siapa yang kuat nyetir?” mas Anton menjawab. “Gak apa-apa kok, mas Edy udah biasa”! kataku.

Namun, akhirnya mereka sepakat untuk tidak kemana-mana sehingga perasaanku semakin gak karuan. Aku mencoba untuk membuang memoriku semalam, namun semakin jelas dalam benakku episode-episode percintaan mereka semalam.

Aku pamit kepada mereka, berusaha senyum yang wajar dan meninggalkan rumah. Aku sengaja tidak membawa mobil, aku memilih memakai taksi aja. 45 menit berlalu, aku merasa semakin tidak nyaman menunggu giliranku di salon.

Akhirnya aku batalkan saja dan pulang ke rumah. Perasaanku semakin tidak karuan sehingga aku meminta sopir untuk berhenti dari jarak seratusan meter. Perlahan aku membuka pagar dan langsung menuju halaman belakang.

Rumah nampak sepi, tapi perasaanku deg degkan sekali. Dengan perlahan aku membuka pintu belang, membuka sepatu dan berjinjit masuk ke dalam. Dugaanku benar! Di ruang yang sama mereka mengulangi lagi perbuatan mereka. Kulihat suamiku sedang menjilati vagina mbak Selvi, sementara ia memberikan service mulut bagi suaminya.

Dalam keadaan siang bolong aku lebih jelas melihat aksi mereka. Aku gak tahu harus berbuat apa, tapi napasku semakin memburu. Aku kesal, marah dan ingin berteriak histeris. Akan tetapi jujur kukatakan ada gairah yang hampir meledak dalam diriku.

Aku terbawa oleh suasana. Aku memang sangat bernafsu. Dalam kebingunganku, sepatu di tanganku jatuh dan mengagetkan ketiganya. “Eh, kamu An..” suamiku kaget. “Maaf ya An, kami tak bermaksud menyakitimu.

Kami bertiga udah biasa melakukan ini semenjak kuliah dulu. Ini hanya soal seks aja, gak lebih”. Mbak Selvi mencoba untuk mencairkan suasana. Aku terdiam, duduk di sofa, di depan mereka. Sementara mereka masih tetap telanjang, tidak berusaha untuk menutupi aurat mereka.

Aku menutup mata, mau menangis, namun tak bisa. Tiba-tiba suamiku memelukku, dan mencium tengkukku. “Maaf say, sekali lagi maaf…” Aku tidak bereaksi, sampai mbak Selvi duduk di sampingku dan mulai mencium telingaku.

Aku kaget, namun suamiku segera menyumbat mulutku dengan ciumannya. Mbak Selvi gak berhenti di sana, tangannya terus bergerilya sehingga dalam sekejap rok dan kaosku sudah terbuka. Aku berusaha meronta, namun tangan-tangan mereka terlalu kuat. Aku mulai merasa sensasi yang luar biasa ketika mbak Selvi mencium dan menjilat putingku.

Aku hanya bisa berdesah kenikmatan. Pikiranku buntu, sementara kenikmatan kian menggerogoti tubuhku. Antara sadar dan tidak kurasa ada seseorang yang menarik celana dalamku dan membuka lebar kedua pahaku.

Aku lemah. Aku pasrah saja, sehingga ketika ada lidah yang bermain-main di vaginaku aku hanya bisa melenguh, mendesis dan menggigit bibirku. Aku gak tahu lidah siapa yang bermain di sana, namun kuyakin itu bukan milik suamiku.

Lambat laun aku pun mulai terbawa oleh gairahku sendiri sehingga aku sudah tidak peduli lagi dengan keadaan. Dalam dekapan tiga pasang tangan, aku orgasme beruntun. Nafasku tak beraturan, tapi aku mulai sadar.

Di selangkanganku mas Anton lagi asik dengan permainannya. Aku kaget, tapi mbak Selvi segera menarikku, menciumku dengan ganasnya. Aku gak tahu harus berbuat apa. Baru saja aku terhempas oleh puncak orgasme yang luar biasa, kini aku diserang lagi.
Aku kaget, karena tidak pernah berciuman dengan wanita, apalagi ini di depan suamiku sendiri. “Nikmati aja sayang, gunakan fantasi liarmu agar kamu bisa terpuaskan…” suamiku berbisik sambil terus meremas-remas payudaraku. Sementara di selangkanganku, ada sebuah tuntutan yang hampir meledak, ketika mas Anton mencium anusku.

Dengan lidahnya ia mempermainkan daerah sekitar duburku yang membuatku semakin terbang tinggi. Sekali-sekali ia menggigit pantatku, dan berusaha memasukkan lidahnya ke dalam anusku. Sensasinya tak bisa kulukiskan! Dalam puncak kenikmatanku, suamiku mengganti posisi mas Anton, dan dengan rakusnya dia mencium dan menjilat seluruh pantatku. Ia tak pernah seliar ini, namun aku tak berusaha untuk menahannya.

Aku sedang tenggelam dalam luapan gairah yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Sementara mbak Selvi bergantian dengan suaminya bermain dengan puting dan mulutku, suamiku mulai mencoba memasukkan jarinya kedalam anusku.

Aku kaget, namun sekali lagi aku tak kuasa menahannya. Hasratku mengalahkan logikaku. Pertama satu jari, kemuadian dua, lalu tiga. Awalnya cuma sodokan pelan, namun lama-kelamaan semakin kencang. Sementara jemarinya keluar masuk di duburku, mas Edy mencium dan menjilat klitorisku dengan ganas.

Ingin sekali aku berteriak, namun suaraku tertahan oleh ganasnya serangan mbak Selvi di mulutku. Aku terbuai dalam permainan itu, sehingga aku ikuti saja ketika suamiku membalikkanku, dengan posisi nungging ia mulai berusaha untuk menggunakan ******nya di lubang pantatku. Aku hanya pasrah, ketika pelan-pelan ******nya mulai masuk, aku merasa agak nyeri, namun rasa itu segera hilang bersamaan munculnya sensasi yang luar biasa dalam perutku.

Suamiku semakin cepat melakukan aksinya, sementara mbak Selvi berusaha memberikan rangsangan tambahan dengan mencium memekku. Ia terus menjilat, dan terus saja menjilat lendir vaginaku yang bercampur dengan ludahnya.

Aku ingin berteriak, namun sekali lagi mulutku tersumbat oleh kemaluan mas Anton. Aku begitu liar, rasioku hilang. Yang ada hanyalah tuntutan kepuasan, desakan untuk segera meledak dari dalam perutku. Akhirnya, puncak itu datang juga.

Aku merasakan multiple orgasme yang bertubi-tubi, kenikmatan yang aku ragu bisa mendapatkannya lagi. Dalam erangan puncakku, mas Anton memuntahkan laharnya dalam mulutku. Aku tersedak, sebagian tertelan.

Namun mas Anton tetap memasukkan ******nya dalam mulutku. Dengan liar aku menjilat dan membersihkan sisa maninya di situ. Belum hilang kenikmatanku, suamiku semakin gencar menyodok pantatku, dan dengan hentakan yang keras ia menumpahkan maninya dalam pantatku. Aku terdampar di pantai kenikmatan yang tak pernah kucapai.

Yang kutahu, setelah mencabut ******nya, aku mas Edy menyodorkan barangnya yang baru saja dikeluarkan dari duburku untuk kujilat. Aku gak lagi berpikir normal. Nafsu telah menguasai benakku sehingga tanpa merasa jijik aku langsung menjilat dan mengulum sisa-sisa lendir di batang kemaluan mas Edy.

Sementara itu, mbak Selvi mulai pindah dari memekku, kini lidahnya bermain-main di lubang pantatku. Ia membersihkan seluruh cairan yang ada di sana, tanpa meninggalkan bekas. Lalu, dengan sisa-sisa nafsu yang ada ia mencium bibrku, dan dengan agak memaksa ia membuka mulutku dan bermain-main dengan lidahku.

Kami terdiam, hanya saling menatap, namun yang jelas, bagiku, suatu petualangan seks telah kumulai. Bahkan dengan sekaligus tiga langkah. Analseks, berorgy dan bercinta dengan wanita. Aku menutup mata, malu, namun ada kepuasan yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata.

Selasa, 27 September 2016

Cerita Dewasa Matanya Mulai Menggoda

Aku sudah beristri dan memounyai 1 orang anak umurku sekarang 30 tahun , kami bertiga hidup sederhana saling mencintai, tapi aku mempunyai rahasia yang aku ingin jabarkan lewat tulisan ini yaitu kisahku dengan istriku, kejadian ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat aku masih berpacara n dengan istriku.

Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu).

Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar. Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku.

Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.

Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali.

Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private.

Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara.

Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima tidak ikut berbelanja.

Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus.

“Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan,

“Tauk nih..lagi males aja aku..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan,

“Anto kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya,

“Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya..” sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).

Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas;

“Di..Adi..”, “Yaa..” sahutku,

“Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ima.

“Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima diujung kanan.

“Rese luh..sini temenin aku ngobrol ama curhat” katanya, “Curhat apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting aku ada temen ngobrol” katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya.

Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya “bete” berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal.

“Kebayangkan aku kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini.

“Kan aku sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya “Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.

“Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku, “Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.

Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku.

Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.

“Mmhh..mmhh..” nafas Ima mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya,

“hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.

Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya.

Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya.

“Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya.

“Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk. “Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah. “Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.

Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya.
Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya.

Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang.

Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang.

Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.

Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah.

Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan “Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..” rintih dan desahannya berkali-kali.

Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai

Sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.

Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.

“Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi..” Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya.

Ima sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap “Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping “malam pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku.

Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. “Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.

Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya,

“Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya

“Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah aku di selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya.

“Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.

Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.

“Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji, “hihihi.. suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh Ima mengejang-ngejang

“Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya

“Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa ampun

“Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.

Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya.

Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah

“Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya berkedut-kedut dan menghisap

“Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Ima berteriak-teriak mencapai klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang berdenyut-denyut berkali-kali

“serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat

“Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh..” vaginanya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. “Oh.. adi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya, “Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.

Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku “Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?” ujarnya,

“Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,

“Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..” jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal,

“Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus “Sshh.. aahh.. Ima.. sshh..” aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya. “Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.

Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum penisku, “Mm..” gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku sambil menghisap-hisap penisku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang penisku, nikmat sekali rasanya “Aahh.. sshh…” aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam seluruhnya didalam mulutnya.

Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum penisku, “Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus .. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali

Aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya “Clop.. clop.. clop..”.

Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku,

Ima.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku, dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan.

“Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, “Gila luh.. 20 menit aku oral kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut aku.” katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.

Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan.

Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri “Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”, tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu.

Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada penisku,

“Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Ima mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras

“Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya sepuas-puasnya

“Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa makin basah dan lembab, “Aaahh..dhhii..oohh..” vaginanya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.

Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down

“Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh..” Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku dibibir vaginanya “Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak.

Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya “Enghh.. aahh.. adi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Vaginanya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku.

“Slepp..” baru kepala penisku yang masuk, Ima berteriak “Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku “Ayo adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh..” vaginanya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks

“Ahh.. Ima.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ima kembali berteriak “Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh..” Ima kembali berteriak dan merintih mencapai klimaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk.

Aku geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama

“Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Ima mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan agak peret.

Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya, sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin penisku.

Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya

“Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku.

Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua,

“Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya “Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ” teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar,

“Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, “Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot “Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Ima mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan

“Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.

Kami terdiam sesaat, kemudian “Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku,

Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya “Plop..” sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa.

Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat.

Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.

Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus. “Aahh..beneran nggak sabar..hihihi..” ucapnya “Emang..abis upacaranya banyak amat.”.

Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke vaginanya.

“Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya.

Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku.

“Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”, kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah.

Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang “Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal

“Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas “Pook.. pook.. pook..” bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya “Ima.. aahh.. enak shay.. hemnghh..”

“Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama,

“Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..” “Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.

Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang hangat “Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat.

Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan klimaksnya.

“Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku memuji, “Enak mana sama punya adikku ?” tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum

“Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku “Ploop..” “Aahh..” Ima agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur.

Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya “Mmhh..mmhh..” tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur “Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas.” puji Ima, “Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!” balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.

“Sleepp..” “Auuwhh..” Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya yang becek “Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.

Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh “Aahh…. O

ohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya “Enghh.. Imaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?” tanyaku

“He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..” lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya “Oohh.. adhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.

Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin menghisap-hisap

“Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Ima meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas.

Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.

“Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Ima menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.

Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya.

Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh..”

“Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau “Iyaa.. honey..oohh..aahh..” tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima.

“Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya

“Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut “Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh” jeritnya “Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Ima, akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan,

“Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.

Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.

Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya.

“Adi.. kamu hebat banget, aku sampai puas banget sore ini, klimaks yang aku rasakan beberapa kali belum pernah aku alamin sebelumnya, hemmhh..” Ima berkata sambil menghela nafas panjang “Ma kasih ya sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri.

Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra.

Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku

“Adi..kalo aku telpon, kamu mau dateng untuk temenin aku ya sayang..” “Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ima iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.

Kamis, 22 September 2016

Cerita Dewasa Ciumannya Membuatku Bernafsu

Sekarang aku kelas 3 SMA usiaku mau menginjak ke delapan belas tahun dengan tinggi badanku 169 cm bentuk tubuhku langsing bersih kuning, rambutku yang sebahu dengan ukuran payudara yang lumayan besar, banyak temanku yang menyuruhku untuk menjadi model karena tubuhku sangat proposional , sekarang aku belum punya pacar.


Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP. Pengalaman ini terjadi sekitar awal bulan Februari tahun 2001.

Pengalaman ini tidak kukarang sendiri tapi berdasarkan cerita asli yang kualami di tahun 2015 ini. Ceritanya begini. Bermula saat aku berkenalan dengan seorang cowok, sebut saja namanya Ayip. Orangnya tampan, tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis.

Pokoknya sesuai dengan pria idamanku. Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari universitas swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas III di SMA-ku.

SMAku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Ayip sedang menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Ayip hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah.

Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Ayip menelepon ke rumahku.

“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Ayip.”

“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”

“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini.”
Aku sempat kaget Ayip mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar.

Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok. “Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.

“Kenapa bisa begitu,” balas Ayip. “Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.

“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja.

Di mana alamat rumahmu.” Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Ayip tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak.

Tepat hari sabtu sore, Ayip datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana.

Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Ayip menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat.

“May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Ayip mesra.

“Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”

“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”

“Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.” Tiba-tiba tangan Ayip memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.”

Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik.”

Dan Ayip menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Ayip memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Ayip sudah ada di depan mataku.

Dan pelan-pelan Ayip mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Ayip dan mencium bibirnya.

Ciuman Ayip sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Ayip mulai meraba sekitar dadaku. “Jangan Muk, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Muk,” jawabku.

Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Ayip karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya. “May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”

Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Ayip sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Ayip langsung melumat bibirku yang tipis.

Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Ayip meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.

Tiba-tiba Ayip membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu membuat nafsuku naik.”

“Aku juga Muk,” balasku manja. Dan Ayip menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya.

“Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Ayip sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini.

“Teruskan may, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Ayip sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya.

Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan. Akhirnya tangan Ayip berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Ayip meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Ayip memegang puting susuku yang sudah keras.

“Teruskan Muk, aku enak sekali..”

Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Ayip untuk memasuki celana dalam yang dipakainya.

Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Ayip yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu.

“Teruskan Muk, aku enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.

“Kita langsung pulang ya May sudah malam,” pinta Ayip. “Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.

” bisikku mesra. Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Ayip. Mudah-mudahan Ayip mengerti apa yang kuinginkan.

“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Ayip dengan nada gembira. Sampai di senayan, Ayip memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Ayip menghentikan mobilnya, tiba-tiba Ayip langsung menarik wajahku dan mencium bibirku.

Kelihatannya Ayip begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi. Tiba-tiba Ayip melepaskan ciumannya.

“May, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Ayip.

Dan kulihat Ayip begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.

“May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Ayip. “Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.

Tak lama kemudian, Ayip dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.

“Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Ayip untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Ayip mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang.

Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Ayip dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Ayip sudah terbuka dan tiba-tiba Ayip menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Ayip.

Dan Ayip menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Ayip yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut.

Ayip masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Ayip menggigit puting susuku. “Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu..” desahku tak karuan. Sementara aku masih terus memegang penis Ayip. Dan sepertinya Ayip makin bernafsu dengan permainan seksnya.

Akhirnya Ayip sudah tidak tahan lagi.

“May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?” “Isap bagaimana..” “Tolong keluarin punyaku di mulutmu.” Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui Ayip, maka aku menurut saja apa permintaannya.

Dan Ayip merubah posisi duduknya, Ayip menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Ayip. “Muk, besar sekali punyamu.” “Langsung aja may, aku sudah tidak tahan..” Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Ayip.

Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Ayip. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Ayip.

Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Ayip aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat. Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Ayip, tiba-tiba, Ayip menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat.

“Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Ayip mengerang keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Ayip. Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan penis Ayip dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari penis Ayip.

Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Ayip. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku. Dan Ayip kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.

“May, aku sudah keluar, banyak ya..”

“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”

“Tidak apa-apa May..” Kemudian Ayip mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku.

Aku pun memperhatikan kelakuan Ayip. Dan Ayip mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Ayip tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi.

Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Ayip esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Ayip yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi.

Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu. Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Ayip menjemputku dan Ayip membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku. “Tempat apa ini Muk,” tanyaku.

“May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.” “Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini.” “Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil.

Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.” Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan.

Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.

“Maya, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau..” pinta Ayip.

“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.” Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Ayip membaringkan badanku di tempat tidur. “May, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju.

Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Ayip berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya.

Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Ayip daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Ayip lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Ayip sudah terlihat bugil di depanku.

Ayip memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Ayip menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai.

Dan pelan-pelan tangan Ayip mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama -kelamaan tangan Ayip sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Ayip jongkok tepat di depan vaginaku.

Ayip memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku. “May, bodi kamu bagus sekali.” Ayip sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.

“May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.” “Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..”

Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Ayip. Kemudian Ayip meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Ayip bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Ayip. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar.

Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Ayip menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Ayip sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Ayip membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya.

Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu.

Ternyata Ayip sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Ayip sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali.

Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Ayip sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku. Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Ayip.

“Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan,” pintaku.

Ayip lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.

“May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya.”

“Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”Lalu Ayip melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Ayip yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali.

Dan kubimbing penis Ayip agar tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Ayip berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.

“Oh… enak sekali,” jeritku. Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Ayip. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Ayip, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi.

Ayip membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu sudah tidak perawan lagi.” “Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas dulu ya…”

“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali..”

Dengan posisi aku di bawah, Ayip di atas, kami melakukannya lama sekali. Ayip terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Ayip masih terbenam di vaginaku.

Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga. “Ayip sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”

“Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku.” “Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar.. keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Ayip langsung menciumi bibirku.

Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya. Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Ayip dan aku masih memeluk badan Ayip. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.

“May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.” Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Ayip bisa sangat jelas mengisap punyaku.

Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang. “May punyamu lebar sekali.” “Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.” Aku terus mengisap punya Ayip sementara Ayip terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali.

Penis Ayip yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Ayip di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.

“Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…” “Tahan sebentar May, aku juga mau keluar..”

Tiba-tiba Ayip langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Ayip melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Ayip ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Ayip memasukkan penisnya ke vaginaku.

Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Ayip yang besar.

“Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi,” desahku. Ayip menggoyangan badannya lebih cepat lagi.

“Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”

“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”

“Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”

“May… aku keluar..” “Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu..”

“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”

“Aduh Muk… enak sekali…” Bibirku langsung menciumi bibir Ayip yang lagi dipuncak kenikmatan.

Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.

“May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.” “Ia Muk…” Tidak lama kemudian, Ayip membersihkan cairan spermanya di vaginaku. “May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.” “Iya Muk..” jawabku singkat.

Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Ayip menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Ayip memasukkan penisnya ke vaginaku.

Ayip pun mengalami hal yang sama. Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme.

Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Ayip hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Ayip sudah 7 kali. Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang.

Dan sampai sekarang hubunganku dengan Ayip bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja. Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya berkali-kali.

Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Ayip sepulang dari sekolah. “Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.” “Iya May… syukurlah…”

“Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk..” Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Ayip sambil Ayip menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Ayip keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Ayip memainkan vaginaku.

Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Ayip, tapi aku mengisap kepunyaan Ayip sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Ayip sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku.

Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan. Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Ayip langsung mengajakku ke penginapan.

Senin, 19 September 2016

Cerita Dewasa Bertemu Nonok dan Penis

Namaku Asri, biasa dipanggil “Sri” saja, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, “kamu persis Desy Ratnasari, Sri!”, kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari.


Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki, satu- satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22 thn, masih kuliah, kata Ibu Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula…

Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang hingga semata- kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang dengan caraberpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan soleha, baik sikap yangsantun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup terlihat dengan jelas.

Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku,aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya,sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15,mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Har sekitar jam 8:00.

Aku tahu, Mas Har sangat ingin menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku jugaingin sekali merasakan genjotan keperjakaannya.

Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah. Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. “Baik, Bu!”, begitu sahutku pada Ibu Sum. Ibu Sum sangat percayakepadaku, karena di hadapannya aku selalu nampak dewasa, dengan pakaian yangsangat sopan. Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segeramasuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singletyang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul,kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa merenggutkeperjakaan Mas Har, pikirku.

“Mas Har. Mas Har!” panggilku menggoda, “tadi Ibu pesan supaya Mbak Sri memijatiMas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas Har?”
Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihatpenampilanku,

“Aduh, kamu cantik sekali, Mbak Sri… Persis Desy Ratnasari… ck, ck, ck…”

“Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?”

“Jadi, dong…” sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, “ayo, ayo…”, ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi….

“Kok Wangi, Mas Har?” Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi.

“Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,”.

Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai kelasberapa aku sekolah. Omongannya masih belum “to-the-point” , padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat merangsang. Aku sudah taksabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapimaklum sang pejantan belum berpengalaman.

“Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?”, aku mulai mengarahkanpembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu.

“Mau Mbak Sri ajari?”, wajahnya merah padam dan segera berubah pucat. Kubukakaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya, dia langsungmemagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya yang empuk dan wangi,kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya yang merah delima, dia makin menggebu, batang kontolnya mengeras seperti kayu…

Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas- remas puting susuku yang kanan…

“Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong…” desahku makin membuat nafasnya menderu…

“Mbak Sri, aku cinta kamu….” suaranya agak bergetar..

“Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah,” kubisikkan desahanku lagi…. Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos oblong dan celanapendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut kontolnya yang sudahmenjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutkudengan lembut dan terkadang cepat…

“Aduuuh, enaaaak, Mbak Sri….” jeritnya…

Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan kontolnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat. Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka selangkanganku.

“Jilat itil Mbak Sri, Mas Haaaarrr…, yang lamaaa…”, godaku lagi… Bagai robot, dialangsung mengarahkan kepalanya ke nonokku dan menjilati itilku dengan sangatnafsunya….

“Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr… ., sampai air mani Mabk Sri keluar, ya mas Haaar”.

“Lho, perempuan juga punya air mani..?” tanyanya blo’on. Aku tak menyahut karena keenakan…

“Mas Haaarrr, saya mau keluaaar…” serrrrrr…. serrrrrrrrr. … membasahi wajahnya yang penuh birahi.

“Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak Sri puaaaaaassss sekali bercinta dengan Mas Har….. kontol Mas Har belum keluar ya? Mari saya masukin ke liang kenikmatansaya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti puas-keenakan. …”

Kugenggam batang pelernya, dan kutuntun mendekati lubang nonokku, kugosok- gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi… Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang nonokku, kuambil kaos singletkudan kukeringkan dulu nonokku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasauuenaaaak pada saat ditembus kontolnya Mas Har nanti…

“Sebelum masuk, bilang ‘kulonuwun’ dulu, dong sayaaaaaang. ..”, Candaku….

Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas meja kecil di samping ranjang….. lagunya…. mana tahaaaan….

“Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu….. .”

“Kulonuwun, Mbak Sri cintakuuuuu. …”

“Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu. ..”, segera kubuka lebar-lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan kuganjel denganguling yang agak keras, supaya batang enikmatannya bisa menghunjam dalam- dalam. … Sreslepppppp. …….. blebessss… ..

“Auuuuuow… .”, kami berdua berteriak bersamaan… ..

“Enaaaak banget Mbak Sri, nonok Mbak Sri kok enak gini sih….?”

“Karena Mbak Sri belum pernah melahirkan, Mas Har… Jadi nonok Mbak Sri belum pernah melar dibobol kepala bayi….. kalau pernah melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti nonoknya longgar sekali, dan nggak bisa rapet sepertinonoknya Mbak Sri begini, sayaaaaang.. . lagi pula Mbak selalu minum jamu sari-rapet, pasti SUPER-PERET. …”, kami berdua bersenggama sambil cekikikankeenakan… Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan eratsekali….

Sekarang giliranku yang di atas… Mas Har terlentang keenakan, aku naik-turunkanpinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilkuyang bertumbukan dengan tulang selangkang Mas Pur, menimbulkan rasa nikmatyang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya. ….

Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC, sambilbersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurapdi atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap terlentang, akuberjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har malah punya kesempatanuntuk menetek pada susuku, sedotannya pada tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur tubuhku.

Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi… kami berguling-gulingan lagitanpa melepaskan kontol dan nonok kami.

Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh… sodokannya mantep sekali… terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep. .. terkadang cepat plok-plok- plok. .. benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Harianto yang beginikuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga kali air nonokku keluar karenaorgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali akuorgasme… benar-benar nonokku sampai kredut-kredut karena dihunjam denganmantapnya oleh kontol yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesungdihantam alu….. bertubi-tubi. … kian lama kian cepat…… waduuuuhhhhh. ….. Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan… …

“Mbak Sri, aku hampir keluaaaaaar nih…!!” ….

“Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar…. Yuk kitabersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg”

“Ambil nafas panjang, Mas Har… lalu tancepkan kontolnya sedalam-dalamnya
sampai kandas…… baru ditembakkan, ya Maaaasss… ssssshhhhhh. …….”

Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkanpada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkansetinggi-tingginya pada pinggulku, unjaman kontol Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh…hhhhh. …hhhhhh. …. seirama dengan hunjaman kontolnya yang semakin cepat…..

“Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!” , Mas Har menancapkan kontolnya lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut rahimku…. bersamaan dengan keluarnya air nonokku yang kelima kali, Mas Har punmenembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat kerasnya….

CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!!CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan CROOTTTTT!!!CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi….. Seperti wong edan, kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan;

“Enaaaaaaaaaakkkkk! “….. sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya… dariujung kepala sampai ujung kaki, terutama nonokku sampai seperti “bonyok”rasanya….. Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku. …. sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan…

“Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang… masih terasa enaknya… tunggusampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh cabut yaaa……”pintaku memelas….. kami kembali bercipokan dengan lekatnya…. .. kontolnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamikudulu….

“Mbak Sri sayaaaang, terima kasih banyak ya….. pengalaman pertama ini sungguh-sungguh luar biasa… Mbak Sri telah memberikan pelayanan dan pelajaran yangmaha-penting untuk saya…… saya akan selalu mencintai dan memiliki Mbak Sri selamanya… .”

“Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki… tanpa kawin pun kalau setiappagi –setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja–, kita bisa melakukansenggama ini, saya sudah puas kok, Massss….. Apalagi Mas Harianto tadi begitukuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai nonok sayaendut-endutan rasanya tadi…..”

“Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswabaru… jadi ndak ada kuliah…”, kata Mas Harianto.

“Nah… kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main teruuuusss,sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?”, sahutku semakin menggelorakan birahinya.

“Nantang ya?” Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia…..

“aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri….”

kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat…. setelah mencabutkontolnya dari nonokku, Mas Har terlentang di sisiku, kuletakkan kepalaku di atasdadanya yang lapang dan sedikit berbulu…. radio kaset yang sedari tadi terdiam,dihidupkan lagi… lagunya masih tetap “kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu.
…”

Setelah lagunya habis, “Mas sayaaang, Mbak Sri mau bangun dulu ya…. Mbak Sriharus masak sarapan untuk Mas….”

“Untuk kita berdua, dong, Mbak Sri…. masak untuk dua porsi ya… nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?”, sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan”auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Mbak Sri ya.., Mbak Sri tambah sayang deh”.

Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya,

“Mas, numpang cebokan, ya…”

Kuceboki nonokku, nonok Asri yang paling beruntung hari ini, karena bisa merenggutdan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har… waduuuuhhh.. . benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun nonokku sampai kewalahandisumpal dengan kontol yang begitu gede dan kerasnya — hampir sejengkal-tanganku panjangnya.. .. wheleh.. wheleh….

“Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu- Jahe (STMJ) buatMas Har, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang….”
Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku… “Sekarang Mas Har istirahat dulu, ya…” kuciumi seluruhwajahnya yang mirip Andy Lau itu…

“Terima kasih, Mbak Sri… Mbak begitu baik sama saya… saya sangat sayang samaMbak Sri…”.

Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untukkekasihku… . setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya,

“Mas Har sayaaaang… . mari diminum dulu STMJ-nya, biar kontolnya keras kayakbatang kayu nanti, nanti Mbak Sri ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, anjing-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss,” kataku membangkitkan lagi gelora birahinya… selesaiminum diciuminya bibirku dan kedua pipiku…. dan Mas Harianto-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut.
Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya. . semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidakada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Har nanti….

Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar, sehinggacukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua… hmmm…. nikmat danmesranya… seperti penganten baru rasanya…

Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar, kutatapenyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan kulengkapi puladengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan pula segelas coca-cola
kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung kubuka saja pintu kamarnya…

Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun dari tidurnya,tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco (mengocok kontolnya), denganwajah merah-padam. .. Segera kuletakkan makanan di atas meja tulisnya..

“Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya… nanti bisa lecet… nanti pastiMbak Sri kocokkan… tapi Mas Har harus makan dulu, supaya ada tenaga lagi…kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama senggamanya, Mas!”

Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku, dihisapnya putingtetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku yang kiri… Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi,

“Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang. .., yuk kita makan nasi goreng kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut…”

Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya mengkilik-kilik itilkudengan sangat birahinya. Wah! Edhiaan tenan reaksi STMJ tadi…. Hihihi…

“Mas Har sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak nikmaaat…. “,dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan tuntaskan sarapan kami.Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar coca-cola, kuulurkan gelas coca-colake mulutnya. Minum seteguk, Mas Har pun mengambil gelas dan mengulurkan pulake mulutku…. wah! mesranya, Mas Har-ku ini… Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di sampingMas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan kumasukkan pisang tadi ke

dalam liang nonokku…. Mas Har agak terkejut,

“Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang nonok Mbak Sri? Kalaubisa, nanti Mbak Sri ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama yang lain deh!”

“Siapa takut!” sahut Mas Har…

Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap… mulutnya di depan nonokku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit digigitnya dagingpisangnya, sedangkan kontolnya pun terjuntai ngaceng di depan mulutku…. segerakugenggam dan kumasukkan barangnya yang ngaceng itu ke dalam mulutku,kumainkan lidahku mengusap-usap kepala kontolnya, dan dimaju-mundurkannyapisang mas tadi dalam liang nonokku, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan seluruh bulu-bulu tubuhku….

“Mbak Sri, pisangnya sudah habis…. hebat kan?” Katanya lugu…

“Mas Har memang nomer satu buat Mbak Sri…” sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya.

“Sekarang apalagi?” tanya Mas Har…

“Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang nonok saya… dan saya akanmeng-emuti dan mengocok kontol Mas dengan mulut saya…. ini namanya gaya 69,Mas sayaaang… mulut Mas ketemu nonok saya dan mulut saya ketemu kontol Mas Har…. Enaaaak kan, sayaaang?”

“Wah! Sensasinya luar-biasa, Mbak……”

“Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas…. harus sabar dan tenang, sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan cara ngelocoseperti tadi, kalau sempat keluar kan saya harus nunggu lagi kontol Mas ngaceng…kasian dong sama saya, Mas,” suaraku kubikin seperti mau menangis…. .

“Maafkan saya, ya Mbak Sri…. saya belum ngerti… mesti harus banyak belajar sama Mbak…..”

Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis kontolnya, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan dalam mulutku…. sementara Mas Har meluruskan lidahnya dan menjilatiITIL-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam liang nonokku… ini berlangsung cukup lama…

Pada menit kelimabelas, serrr… serrrr… serrrr…. cairan hangat nonokku meluap, sekarang Mas Har malah menelannya.. .. aooowwww!
Dan pada menit keduapuluhlima, serrr… serrrr… serrrr…. lagi, kali ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku…. sambil mulutku tetap terus

mengocok kontolnya yang kerasnya minta-ampuuuuun. … pada waktu itu juga,kontolnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya, langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek….. .”Enaaaakkkk. ….” Mas Har berteriak keenakan…. .

Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut kontolnya yang masih cukup keras, kuhisap terus kontolnya, sampai tubuh Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya. …. kujilati kontol Mas Har sampaibersiiiiih sekali dan segera aku berputar, sehingga kepala kami berhadap-hadapandengan posisi aku masih tetap di atas…

“Gimana, Mas Har sayaaang…. Enak opo ora?” godaku…

“Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan…. “, kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbuldalam sebuah iklan jamu…..

Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi…. mulut kami tetap berpagutandengan sangat kuaaaatnya.. … Kucari kontolnya dan kupegang… wah sudah ngaceng keras lagi rupanya….. luarbiasa kuatnya Mas Har kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi…..

“Mas Har… saya ajari gaya kuda-kudaan. .. mau nggak?”,

“Mau dong, sayaaaang… . Gimana?”, tanyanya penasaran… .

“Mas Har duduk menyender dulu…..”

Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah bantal yangkutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil posisi jongkokmembelakanginya. Kugenggam kontolnya dan kutancapkan ke nonokku daribelakang…. BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua tetekku dari belakang….

Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang naik kuda….semuanya berlangsung dengan sangat halus…. sehingga tidak sampai menimbulkanlecet pada kontol Mas Har maupun nonokku…..

“Gimana Mas?”, tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat….. .

“Benar-benar Mbak Sri pantas menjadi dosen percintaan saya…..”, katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan…

Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har… Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat perasaanku semakinmenyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har….. inilah arti sesungguhnya persetubuhan. …

Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisakukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin didekapnyakedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya, diremas-remas lagi…membuatku kembali ingin mencapai puncak kenikmatan.. .. kukejangkan seluruh anggota tubuhku…. Mas Har sudah mulai mengerti bahwa aku akan mencapaipuncak…..

“Keluar lagi ya, Mbak?” tanyanya…. . Ya! serrr… serrrr… serrrrr…., kembali cairan hangat nonokku tertumpah lagi…. kelelahan aku rasanya….. .

lelah tapi enaaak….

Aku melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, kekeringkan nonokku dengan dasterku supaya peret lagi… Mas Har melihat pemandangan ini dengan wajah lugu,kuberi dia senyum manis….

“Saya sudah capek, Mas…. Gantian dong… Mas Har sekarang yang goyang, ya?”

Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang….. Mas Har kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari belakang,

“Yang ini gaya anjing-anjingan, Mas….. tapi jangan salah masuk ke lubang pantat ya… pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho ya….”

“Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak Sri?” tanyanya lucuuuu….

“memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan… .. itu kan namanya tidak adil, Mas…. Lagipula lubang pantat itu kan saluran untuk tai, kotoranyang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena penyakit aids,
Mas…. Aids itumematikan dan tidak ada obatnya lho, hiiii…. seremmmm…. ”

Mas Har memasukkan kontolnya pelan-pelan ke lubang nonokku dari belakangsambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii. …. seolah-olah dia takutkalau sampai merusakkan lubang nikmat ini….. aku tahu sekarang…. Mas Harsangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku persenggamaannya pun melukiskanbetapa besar perasaan cintanya pada diriku….

“Aaaaahhhhhh. …”, aku mendesah sambil merasakan hunjaman kontolnya yang kembali menembus nonokku, demikian juga dengan Mas Har… dilingkarkannyatangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya meremas tetekku….. . Dia mulaimenggoyangkan kontolnya maju mundur…. blep-blep-blep. …..aduuuuhhh. …. mantapnyaaaa. ….. tenaganya sangat kuat dan berirama tetap…… membuat aliran-darahku menggelepar di sekujur tubuhku….. ..

“Enaaaak, Maaaaasssss. ……”, lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota tubuhkusambil kukeluarkan lagi cairan hangat nonokku kesekian kalinya….. . puaaaassssssekali tiada taranya….. ..

“aaaaaahhhhhhhh. ……… “, lenguhku…. ….

“Lap dulu dong, Mbak Sriiii….. becek sekali nih….” pintanya…. .

Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya….. . segera dia mengeringkan nonokku dan juga kontolnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku…. .

“Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr. ….” desahnya membuatku semakinterangsang.. ….

“Tembakkan saja, Massss…… ..”
Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya.. …. sampai nonokku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu…….

“Aaaaahhhhhhhh. ……” Mas Har berteriak keenakan…. .. demikian juga dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi kontolnya dengan cairan hangat

kenikmatan nonokku….. .

“Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr….. … Mbak Sri cintaaaaa banget sama MasHar…….”

“Aku juga Mbak….. selain Mbak Sri, tidak ada perempuan lain yang aku cintai di dunia ini …..”, aku tahu kata-kata ini sangat jujur…. membuatku semakinmenggelinjang kenikmatan.. ….

“Terima kasih Mas Harrrrrr…. . untuk cinta Mas Har yang begitu besar kepada saya…..” Dengan tanpa melepaskan kontolnya, Mas Har dengan hati-hati dan penuh
perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh telanjangku. … dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil posisi tengkurap… .. denganMas Har tengkurap di belakangku.. …
Mulutnya didekatkan pada telingaku… . nafasnya menghembusi tengkukku… . membuatku terangsang lagi……

“Enaaaak dan puassss sekali, Mbak Sri….. Apa Mbak Sri juga puas?”

“Tentu, Mas Har….. dari pagi tadi sudah sembilan kali nonok saya memuntahkan air hangatnya… .. Pasti saya puasssss bangettt, Mas!”

“Terima kasih, ya sayaaaang… … aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak Sriseperti ini…….”

“Boleh, Massss…. saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari….. kecuali hari Minggu tentunya…. . Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah kalau Minggu….”

Mas Har melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, aku segera mengambil posisiterlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku….

Jam dinding sudah menunjukkan jam 10.40…… sambil berpelukan dan berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua… dan kami puntertidur sampai siang…..

Sudah hampir jam setengah-dua ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya diatidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa seharianbersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk embangunkan lelaki kesayanganku ini,

“Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore….”

“Mmmm…” Mas Har menggeliat, “sudah jam berapa, istriku?”
“Setengah-dua, suamikuuuu.. …”, jawabku genit….

“Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa, kanpintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak Sri tutup tadi….”

Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/ mengangkatku ke ruang tamu.

“Edhian tenan, koyok penganten anyar wae…..” kataku dalam hati…. (“gila benar,seperti pengantin baru saja”)….

Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil kuelus-elus kontol Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu lagi…..

Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga mengambilposisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan. …

“Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya….., lebih terasalho gesekan kontol Mas Har di dalam nonok Mbak Sri nanti,” ajakku untukmembangkitkan rangsangan pada Mas Har….

Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan mesra.Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku kuisap-isapnya, sementara yang kanandipilin-pilinnya lembut…..

Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak kagi ke bawah,ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah-mendesisnikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang nonokku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat…, kukejangkan seluruh tubuhku,sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr…. kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari nonokku…

“Mas, masukkan sekarang, Masssss….. Mbak Sri udah nggak tahaaaannnn. …..”,
pintaku manja…..

Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi,kugenggam kontolnya dan kusorongkan lembut ke lubang kenikmatan.. …

“aaaaahhhhhh. ……” lenguhan kami kembali terdengar lebih seru…. Kontol Mas Harbaru masuk setengahnya dalam nonokku, dimajukannya lagi kontolnya, dankumajukan pula nonokku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa. ….

“Mas sayaaaang… maju-mundurnya barengan, ya…..”, ajakku sambil mengajariteknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini “Gaya Miring”, dengan gaya inikami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak saja…..

Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba…. rasanya lebih enakdibandingkan pria di atas wanita di bawah…. Kulihat Mas Har merem-melek,demikian juga dengan diriku, kontol Mas Har dengan irama teratur terusmenghunjam-mantap berirama di dalam liang sempit Asri….. nonokku mulaitersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya… ..

“Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk. …….”, aku agak berteriaksambilmendesis…. …

Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini…..

“Ganti gaya, Maaaasssss.. .. cabut dulu sebentar…. .” ajakku lagi, sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Har memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku, kuangkat kakiku sebelah, dankuhantar lagi kontolnya memasuki nonokku….. .
“aaaaaaaaahhhhhhhhh hh…. enak, Mbak Sriiiiii…. …, gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii… ..” Mas Har mendesah nikmat…..

Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif memaju-mundurkankontolnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya. …..

Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini……

“Mbak Sri, siap-siap yaaa…. rudalku hampir nembak….”

Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju-mundurnya.
…..

“Aaah, aaah, aaahh….” Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air maninyadengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding-dindingrahimku….. setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku…..

“Aaaaaaaa… ……” aku berteriak panjaaaanng sambil kusemburkan juga airnonokku….. .

Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus terasa…..tanpa melepaskan pelukan dan juga kontolnya, masih dengan posisi miring, kamitertidur lagi beberapa menit… sampai semua getaran mereda……

Jam tiga sudah lewat…. berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dankakak-kakaknya pulang dari kerja…..

“Mas, bangun, Mas…. sudah jam tiga lewat….. saya kan mesti membereskan kamarini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila ada Ibu…..”

“Mandi bareng, yok….. di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?”ajaknya….

Dicabutnya kontolnya dari lobang nonokku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya….. . Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Har bangkit danmemelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan nonokku, kembali birahiku naik…..Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman,merangkul kuat…. Dengan posisi berdiri kembali kontol Mas Har mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke nonokku. Dengantubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kamibersenggama lagi…… bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan kontolnyamaju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa…..

“Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg. …”, tanpa melepaskan kedua alat kelaminkami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka-rangsangan. …

“Lepas dulu, ya sayaaanggg.. .. kuambilkan handuk baru untuk kekasihku… ..”, MasHar melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian, dan diambilnya duahanduk baru, satu untukku satu untuknya… Selesai handukan, aku bermaksudmengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir persenggamaan hari ini sudahselesai…..

“Eiittt, tunggu dulu, istriku….. Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi diliang hangat cinta kita……”

Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini….. kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air nonok sedari pagi tadi… Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang… biar Mas Har menindihku dari atas…..

Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup….. dengan “Gaya Sederhana”pria iatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang melindungi kepasrahan wanita…. Mas Har terus enggoyang kontolnya maju-mundur. ….

Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus denganmantapnya maju-mundur begitu kuat…..

“Mas Har, Mbak Sri sudah mau keluar lagiiiiii… …”, kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku…..

“Mbak, aku juga mau keluar sekarang…. ..”, dalam waktu bersamaan kami salingmenyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing-masing. …..

“Enaaaaaaaaaaakkkkk kk, Mas Haaaaaarrrrrr. ……”

“Puaaaaassssss, Mbak Sriiiiii…. ……”

Mas Har langsung ambruk di atas ketelanjanganku, waktu sudah hampir jam emapat….. semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya…..

“Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak Sri mau siap-siap dulu ya, sayaang…”

Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut kontolnya… . ”

ari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak Sriii… Bagaimana akuakan sanggup melupakannya? ”

Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har…. segera aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih menetes dari lubang nonokku yang agak bonyok…..

Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlenganpanjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas…. semua ini untuk”mengelabui” Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama.